Pusat Penelitian Cikaniki, yang merupakan bagian dari Taman Nasional Gunung Halimun (TNGH), Jabar, adalah tempat yang tepat untuk menikmati keindahan alam hutan tropis.
Untuk menyaksikan keindahan beragam flora dan fauna di TNGH, Anda mesti melewati canopy trail atau jembatan tajuk. Jembatan itu berada 25 m—30 m di atas permukaan tanah, menghubungkan lima pohon yang terbentang sepanjang 100 m Jembatan yang dibangun oleh Japan International Coorporation Agency (JICA) pada 1999 itu, awalnya hanya untuk penelitian ilmiah serangga, burung, dan primata. ”Kini jembatan ini menjadi salah satu tempat rekreasi, karena banyak pengunjung yang berminat naik dan mengamati keindahan panorama di atas,” ungkap Mang Unen, salah seorang pemandu di sana.
Jembatan berkerangka besi, berlantai plat anti karat, dan berpagar tali ini ditautkan pada pilar hidup berupa lima pohon rasamala. Di sepanjang jembatan itu, Anda dapat menyaksikan keindahan beragam serangga, aneka buah, dan anggrek yang tumbuh epifit atau menempel pada tanaman induknya. Bahkan jika beruntung pengunjung bisa bertemu dengan Owa Jawa (Javan Gibbon), primata yang banyak terdapat di kawasan tersebut.
Pemandu Pintar
Bila Anda tertarik untuk menyusuri hutan hujan tropis TNGH, Anda tak perlu khawatir kesasar Sebab, setiap pengunjung akan selalu dipandu. Pengunjung biasanya dipandu dalam kelompok kecil, 5—10 orang. Para pemandu yang merupakan warga setempat ini sudah dibekali ilmu pengetahuan lumayan luas tentang tanaman dan hewan yang ada di seputar TNGH. “Kami pernah mendapat pelatihan sebagai pemandu, sehingga kami harus bisa menjelaskan apa yang ada di seputar taman nasional ini,” papar Mang Unen.
Dengan adanya pemandu, para pengunjung bisa merasa nyaman dan aman. Juga untuk menghindari pengunjung membuat jalur perlintasan sendiri, dan mengamankan flora serta fauna yang ada. Unen maupun pemandu lainnya akan menjelaskan pada pengunjung mengenai segala hal. Bahkan tanpa diminta pun Unen akan bercerita dengan senang hati berbagai biota yang luput dari pengamatan pengunjung. Seperti kawasan hutan hujan tropis lainnya, Cikaniki hampir setiap hari diguyur hujan, khususnya pada Oktober—April
Pada bulan-bulan tersebut, panorama hutan semakin cantik oleh curahan air hujan yang membasahi seluruh tumbuhanMenyentuh dan menatap pepohonan di puncaknya bisa memberikan kepuasan tersendiri pada para pengunjung karena kesempatan seperti ini masih sangat langka.
Selain bisa menyusuri hutan di atas pohon melalui jembatan tajuk, di daratan juga tersedia jalan setapak (loop trail) sepanjang 2 kmSepanajang jalan ini disebut-sebut sebagai laboraturium hidup hutan hujan tropis. Disebut demikian karena jalan setapak yang menghubungkan desa Cikaniki dengan Citalahab ini banyak dipenuhi berbagai tumbuhan dan satwa khas hutan hujan tropis di dataran tinggi (500–2।000 m di atas permukaan laut).
Berbagai tumbuhan yang ada memiliki ketinggian bervariasi, mulai dari perdu hingga pohon rasamala setinggi 25 m. Selain itu bagi pecinta anggrek, hutan ini merupakan surga. Sebab beraneka anggrek tumbuh subur menutupi bagian dasar hutan. Menurut hasil penelitian LIPI, di TNGH terdapat sekitar 280 jenis anggrek. Satu jenis anggrek yang paling ditunggu pecinta anggrek saat mekar adalah, anggrek tricolor.
Ada juga jenis lain seperti Bulbophillum maupun Dendrobium. Di dasar hutan juga tampak jamur yang dapat mengeluarkan sinar, kantung semar, dan rumah semut. Perjalanan menyusuri jalan setapak dari pusat penelitian Cikaniki akan melewati sejumlah anak sungai yang airnya jernih, melintasi bebatuan yang menimbulkan bunyi gemercik. Anak sungai itu mengalir menuju sungai yang lebih besar dan bergabung dengan Sungai Cisadane.
Kicau burung yang bersahut-sahutan juga merupakan daya tarik tersendiri bagi peminat yang ingin mengamati aneka burung. Sebab, di TNGH terdapat 244 jenis burung termasuk Elang Jawa yang kini langka. Jalan setapak tersebut akan berakhir di mulut Desa Citalahab. Penduduk Desa Citalahab menyediakan kamar di rumahnya untuk disewakan bagi wisatawan.
Anda cukup mengeluarkan kocek Rp250 ribu/kamar/malam untuk 3—4 orang. Sedangkan jasa pemandu Rp75.000/kelompok. Untuk ke stasiun penelitian di Cikaniki, bisa ditempuh melalui Kecamatan Kabandungan, Sukabumi dengan kendaraan bermotor. Dari Jakarta menempuh waktu sekitar 2,5—3 jam. Jalan ke Kabandungan cukup baik dan tersedia kendaraan angkutan umum. Tapi saat memasuki kawasan taman nasional, jalan hanya berupa jalan berbatu sepanjang 28 km. Sebelum masuk kawasan, setiap pengunjung mesti membayar tiket Rp4.500.
Tri Mardi Rasa
Jembatan berkerangka besi, berlantai plat anti karat, dan berpagar tali ini ditautkan pada pilar hidup berupa lima pohon rasamala. Di sepanjang jembatan itu, Anda dapat menyaksikan keindahan beragam serangga, aneka buah, dan anggrek yang tumbuh epifit atau menempel pada tanaman induknya. Bahkan jika beruntung pengunjung bisa bertemu dengan Owa Jawa (Javan Gibbon), primata yang banyak terdapat di kawasan tersebut.
Pemandu Pintar
Bila Anda tertarik untuk menyusuri hutan hujan tropis TNGH, Anda tak perlu khawatir kesasar Sebab, setiap pengunjung akan selalu dipandu. Pengunjung biasanya dipandu dalam kelompok kecil, 5—10 orang. Para pemandu yang merupakan warga setempat ini sudah dibekali ilmu pengetahuan lumayan luas tentang tanaman dan hewan yang ada di seputar TNGH. “Kami pernah mendapat pelatihan sebagai pemandu, sehingga kami harus bisa menjelaskan apa yang ada di seputar taman nasional ini,” papar Mang Unen.
Dengan adanya pemandu, para pengunjung bisa merasa nyaman dan aman. Juga untuk menghindari pengunjung membuat jalur perlintasan sendiri, dan mengamankan flora serta fauna yang ada. Unen maupun pemandu lainnya akan menjelaskan pada pengunjung mengenai segala hal. Bahkan tanpa diminta pun Unen akan bercerita dengan senang hati berbagai biota yang luput dari pengamatan pengunjung. Seperti kawasan hutan hujan tropis lainnya, Cikaniki hampir setiap hari diguyur hujan, khususnya pada Oktober—April
Pada bulan-bulan tersebut, panorama hutan semakin cantik oleh curahan air hujan yang membasahi seluruh tumbuhanMenyentuh dan menatap pepohonan di puncaknya bisa memberikan kepuasan tersendiri pada para pengunjung karena kesempatan seperti ini masih sangat langka.
Selain bisa menyusuri hutan di atas pohon melalui jembatan tajuk, di daratan juga tersedia jalan setapak (loop trail) sepanjang 2 kmSepanajang jalan ini disebut-sebut sebagai laboraturium hidup hutan hujan tropis. Disebut demikian karena jalan setapak yang menghubungkan desa Cikaniki dengan Citalahab ini banyak dipenuhi berbagai tumbuhan dan satwa khas hutan hujan tropis di dataran tinggi (500–2।000 m di atas permukaan laut).
Berbagai tumbuhan yang ada memiliki ketinggian bervariasi, mulai dari perdu hingga pohon rasamala setinggi 25 m. Selain itu bagi pecinta anggrek, hutan ini merupakan surga. Sebab beraneka anggrek tumbuh subur menutupi bagian dasar hutan. Menurut hasil penelitian LIPI, di TNGH terdapat sekitar 280 jenis anggrek. Satu jenis anggrek yang paling ditunggu pecinta anggrek saat mekar adalah, anggrek tricolor.
Ada juga jenis lain seperti Bulbophillum maupun Dendrobium. Di dasar hutan juga tampak jamur yang dapat mengeluarkan sinar, kantung semar, dan rumah semut. Perjalanan menyusuri jalan setapak dari pusat penelitian Cikaniki akan melewati sejumlah anak sungai yang airnya jernih, melintasi bebatuan yang menimbulkan bunyi gemercik. Anak sungai itu mengalir menuju sungai yang lebih besar dan bergabung dengan Sungai Cisadane.
Kicau burung yang bersahut-sahutan juga merupakan daya tarik tersendiri bagi peminat yang ingin mengamati aneka burung. Sebab, di TNGH terdapat 244 jenis burung termasuk Elang Jawa yang kini langka. Jalan setapak tersebut akan berakhir di mulut Desa Citalahab. Penduduk Desa Citalahab menyediakan kamar di rumahnya untuk disewakan bagi wisatawan.
Anda cukup mengeluarkan kocek Rp250 ribu/kamar/malam untuk 3—4 orang. Sedangkan jasa pemandu Rp75.000/kelompok. Untuk ke stasiun penelitian di Cikaniki, bisa ditempuh melalui Kecamatan Kabandungan, Sukabumi dengan kendaraan bermotor. Dari Jakarta menempuh waktu sekitar 2,5—3 jam. Jalan ke Kabandungan cukup baik dan tersedia kendaraan angkutan umum. Tapi saat memasuki kawasan taman nasional, jalan hanya berupa jalan berbatu sepanjang 28 km. Sebelum masuk kawasan, setiap pengunjung mesti membayar tiket Rp4.500.
Tri Mardi Rasa
1 comment:
tempatnya memang menarik.....ingin deh ke sana lagi
Post a Comment