Siapa yang tak mengenal Kebun Raya Bogor, kebun raya yang menyimpan ribuan koleksi tanaman sekaligus menjadi tempat nyaman bagi beberapa jenis burung ini dan beberapa bintang.
Kebun Raya Bogor bisa disebut sebagai museum hidup, karena memiliki 3.504 spesies yang terbagi dalam 1.273 genera dan 199 famili. Sejumlah objek menarik bisa ditemui seperti, Laboratorium Treub, koleksi palem, hutan bambu, rempah-rempah, pakis-pakisan, pandan, anggrek, kuburan tua Belanda, museum zologi dan sisi belakang kebun raya terdapat Istana Bogor atau istana kepresidenan.
Memasuki gerbang utama Kebun Raya Bogor (KRB) terlihat dua patung Ganesha yang terdapat di sisi kanan dan kiri pintu masuk. Dengan membayar tiket sebesar Rp. 15.000,- (termasuk sumbangan untuk PMI) per orang, pengunjung sudah bebas memilih rute yang ingin dilalui di kebun seluas 87 hektar ini.
Selepas pintu utama kebun raya, terbentang jalan Kenari I, nama jalan ini diambil dari nama pohon kenari (Canarium commune) yang ditanam berjajar menghiasi kedua sisi jalan. Di persimpangan Jalan Kenari I arah ke kiri akan melewati jalan di bawah pergola yang dihiasi dengan tanaman kuku macan. Jika musim hujan tiba bunga-bunganya akan bergantungan di pergola. Jalan ini menjadi rute awal yang baik untuk keliling KRB.
Di rute ini terdapat Laboratorium Treub yang dikhususkan untuk penelitian Fisiologi dan Biokimia Tumbuhan dan museum zoologi. Berdekatan dengan laboraturium terdapat rumah yang di bagunan pada 1884 yang difungsikan sebagai rumah direktur Kebun Raya. Tapi kini bangunan tersebut berubah fungsi menjadi tempat penginapan yang bisa disewa oleh masyarakata umum atau pengunjung yang ingin menghabiskan malam di dalam Kebun Raya.
Maskot Kebun Raya Bogor
Di depan penginapan sebuah pemadangan taman hutan dengan pohon-pohon besarnya yang menaungi tanaman di bawahnya tampak begitu asri. Di dalam taman hutan tersebut terdapat bunga yang menjadi maskot kebun raya bogor asal Sumatera yaitu Amorphophallus titanum atau yang lebih dikenal dengan Bunga Bangkai.
Warna Bunga Bangkai paduan antara violet, kuning, merah darah, dan hijau kekuningan, saat mekar bisa mencapai tinggi 2 meter dan mengeluarkan aro
ma bau busuk seperti bau bangkai. Untuk melihat keindahan dan keunikan bunga ini tidak bisa setiap saat sebab pembungaanya berkisar 2-5 tahun.
ma bau busuk seperti bau bangkai. Untuk melihat keindahan dan keunikan bunga ini tidak bisa setiap saat sebab pembungaanya berkisar 2-5 tahun.
Menyusuri hutan buatan ini pengunjung juga bisa melihat taman Teysman, Hutan Bambu dan Kuburan Belanda hingga ke ujung Jalan Kenari I. Nyaman, sejuk dan segar, berjalan di bawah rimbunnya pohon kenari yang tumbuh subur di kedua sisi jalan. Apalagi dengan Kolam Gunting yang terbentang dengan bunga teratai yang bermekaran di kolam. Sebuah pulau kecil yang dipenuhi tumbuhan dan suara burung kowak (Nycticorax nycticorak) menjadi bagian dari kolam.
Pulau kecil ini merupakan tempat penginapan bagi beberapa jenis burung, tercatat lebih dari 50 jenis burung yang ada di KRB, seperti kepodang, kutilang, prenjak, walik kembang, kucica, kowak, kuntul, dan cinenen kelabu. Jika datang pagi hari atau saat pengunjung datang masih sedikit, kicauan burung-burung ini sangat meriah. Sedangkan sore harinya pengunjung bisa melihat kuntul berseliweran pulang ke peraduannya di pohon yang berada di tengah kolam.
Jalan aspal ini berakhir hingga ke tugu peringatan kasih sayang Gubernur Jawa 1811-1816, Thomas Stamford Raffles pada istrinya Lady Olivia Mariamne Raffles yang meninggal karena penyakit Malaria pada 1814.
Nenek Moyang Kelapa Sawit
Menyusuri rute dua yang berada di sebelah kiri tugu peringatan terdapat pohon raksasa koompassia exelsa atau kayu raja yang memiliki akar papan. Pohon dari kalimantan ini berumur lebih dari 85 tahun. Di Kalimantan orang mempercayai, kulit kayunya bisa digunakan sebagai obat rematik.
Dari sini di lanjutkan ke koleksi tanaman penghasil serat rami yang tumbuh subur dan besar-besar. Golongan pandan ini biasanya digunakan untuk bahan pembuatan tali, tikar jaring dan lain-lain. Koleksi lain yang sejurus adalah tanaman daerah kering (kaktus), areal ini dinamakan Taman Meksiko karena sebagian besar merupakan tanaman asli daerah kering atau semi di Amerika Latin.
Sempatkan untuk, mampir ke taman palem, ada sekitar 288 spesies yang dikoleksi KRB. Koleksi ini merupakan koleksi terlengkap di dunia. Di taman ini juga ada kelapa sawit (Elaeis guineensis) atau kelapa penghasil minyak. Sayangnya Pohon induk kelapa sawit daari KRB yang sekarang tersebar di seluruh Asia telah mati pada 15 oktober 1989.
Selain itu juga terdapat pohon damar (Agathis dammara) yang tinggi. Pohon ini banyak di huni kalong (Pteropus vampyrus), mereka bergelantungan mirip di ranting pohon. Kawanan kalong ini memilih tempat bertidur di pohon tinggi untuk kenyamanan dan keamanannya. Jenis hewan yang lebih aktif berkeliaran di saat malam ini akan berterbangan jika terusik oleh pengunjung yang sengaja mengusiknya agar bisa melihat kawanan kalong berterbangan di siang hari.
Sang Ratu Malam
Jalan Kenari II yang berada diseberang taman meksiko “mengajak” untuk disusuri. Melintas Jalan Kenari II tak akan membosankan apalagi diiringi dengan suara burung yang saling bersahutan. Pemandangan akan semakin indah saat masuk Jalan Astrid.
Lokasi ini biasa digunakan untuk melepas lelah sejenak dan bersantai di atas “permadani” rumput sambil menikmati bekal makanan sebelum melanjutkan untuk berkeliling lagi. Terdapat kolam yang sangat indah dengan bunga teratai raksasa (Victoria amazonica ). Teratai dari kawasan amazon, Brasil ini memiliki daun yang bergaris tengah 1 - 1,5 m.
Bunganya indah, berwarna putih yang muncul seminggu sekali. Uniknya, warnanya berubah merah jambu setelah 2 - 3 hari. Di kawasan subtropis, tanaman ini hanya berbunga setahun sekali dan mekarnya di tengah malam, sehingga tanaman ini sering disebut "queen of the night" alias Sang "Ratu Malam".
Selepas jalan Astrid, terdapat jembatan gantung ke dua, lokasi memiliki tontonan yang tak kalah menariknya yaitu makam keramat dan pohon kekasih. Letak pohon ini sekitar 200 meter sebelah kiri makam. Pohon beringin (ficus albipila) dan pohon meranti (Shorea leprosula) tumbuh berdampingan sejak 1870. Pohon ini disebut-sebut sebagai pohon kekasih atau pohon seribu janji. Lantaran adanya kepercayaan beberapa pengunjung yang mengaggap kalau ada yang berjanji dengan kekasihnya di sini, janji itu akan terkabul.
Di Balik Pagar Istana
Ataraksi lain yang tak kalah menariknya, melihat aktifitas rusa totol (Axiz axiz) yang ada di balik pagar belakang Istana Bogor. Untuk menuju tempat yang tenang dan damai ini harus melalui jalan setapak berbatu yang menanja.
Lurus menyusuri jalan setapak di sisi pagar istana ini, kita kembali menemui Kolam Gunting yang ada di sisi lain. Di pinggir Kolam Gunting terdapat pohon paling tua berumur 183 tahun, yaitu pohon leci (Litchi chinensis sonn) yang di tanam tahun 1823. Meski keberadaanya masih subur dan sehat, tanaman dari selatan cina ini sudah tidak mau berbuah lagi. Rute pinggir danau ini mengantar pengunjung ke Jalan Kenari I berakhir sudah perjalanan keliling Kebun Raya Bogor.
Tak jarang orang yang sering merasa bingung bahkan mereka hanya berputar-putar saja ke semua lokasi tanpa mendapatkan ilmu pengetahuan sama sekali di KRB. Padahal sebagai wahana kegiatan ilmiah kebun botani terbaik ke enam di dunia dan ke satu di Asia Tenggara ini merupakan tempat yang paling menyenangkan untuk belajar mengenal alam dan berwisata. Oleh karenanya bagi yang ingin mendapatkan ilmu sewalah seorang pemandu.
Agar lebih puas sebaiknya datang lebih pagi karena KRB dibuka mulai jam 08.00 hingga 17.00. Jika tak mau jalan, sewalah mobil listrik untuk berkeliling atau menyewa sepeda. Namun, jangan lupa selama berkeliling berjalan kaki bawalah bekal makanan yang cukup dan alas kaki yang nyaman.
Tri Mardi Rasa
No comments:
Post a Comment