Memanjakan Mata Di Rawabelong


Kata Rawabelong berasal dari dua kata Rawa dan Balong yang berarti rawa dan empang. Rawabelong memiliki keunikan tersendiri sebagai sebuah wilayah sentra tanaman bunga di Ibu kota Jakarta. 

Tempo dulu orang-orang Belanda jika sedang membutuhkan bunga, mereka mencarinya di Rawabelong. Mereka membeli bunga langsung ke warga yang memang memiliki mata pencaharian sebagai petani tanaman hias yang dijual di depan rumahnya.

Kini, Rawabelong, hanya jadi sentra perdagangan bunga dan tanaman hias, bukan lagi daerah penghasil tanaman hias. Sebab sudah banyak lahan milik warga yang beralih fungsi menjadi rumah dan toko. 

Tapi, Rawabelong masih menyisahkan suasana jaman dulu seperti di Jalan Masjid Anwar atau Jalan berdikari dan sekitarnya. Di beberapa rumah masih ada penduduk yang menjual tanaman di depan rumah. Meski tanaman itu berasal dari Sawangan, Cibubur, Bogor, dan sebagainya.

Bagi yang suka tanaman hias atau sekadar melihat aneka macam bunga, Rawabelong jadi tempat yang tepat. Tepatnya di Jalan Sulaiman, karena ada pasar bunga terbesar di Jakarta yang berdiri sejak tahun 1974 dan diresmikan 10 tahun kemudian oleh Gubernur DKI Jakarta Wiyogo Atmodarminto.

Pasar ini merupakan sentra bunga potong di Jakarta, konsumennya datang dari berbagai pelosok Jakarta baik untuk membeli partai besar maupun yang satuan, semuanya bisa dilayani.

Butuh Kejelian

Tidak hanya terkenal bunga dan tanaman hiasnya saja, di sekitar Rawabelong juga terdapat jajanan khas, seperti Bubur Ayam Bang Tatang, Nasi Uduk Bang Udin, Ketupat Asofa, dan Ketupat Laksa 

Jika waktunya tepat, ada sebuah tradisi tahunan yang juga terkenal, menjelang Hari Raya Imlek, mulai pertigaan Rawa Belong hingga Jl. Sulaiman (sekitar Pasar Kembang) digelar Pasar Bandeng. Di sini, penjual bandeng dari berbagai penjuru Jakarta menggelar dagangannya.

Bandeng yang dijualpun beratnya di atas rata-rata, dari mulai yang berat 1 kilo hingga empat kilogram per ekor. Tradisi Pasar Bandeng yang sudah ada sejak tahun 70-an ini masih bisa dijumpai hingga sekarang.  

Bagi yang ingin berwisata sambil berbelanja bunga di Rawabelong butuh kejelian. Sebab banyak sekali variasi harga yang ditawarkan dikios-kios bunga. Tentunya harga mahal sesuai dengan mutu dan kesegaran bunga tersebut. 

Jika ingin membeli bunga potong dengan harga yang sangat murah pun ada. Penjual “bunga ceker“ (bunga sisa pakai sebuah event dan masih segar kemudian dijual kembali) pun bisa jadi alternatifnya. Sebagai gambaranya, sepuluh kuntum mawar semi holland yang cantik bisa didapat seharga Rp 200.000 perikat berisi 10 tangkai. Harga tersebut bukan harga mati, masih bisa ditawar. 

Petani Tanaman Hias

Selain berkunjung ke pasar cobalah untuk berkeliling di wilayah kampung sekitar pasar Rawabelong, banyak warga yang memanfaatkan lahanya untuk berjualan tanaman hias seperti tanaman anggrek, cemara udang, petunia, aglonema, mawar, sedap malam, kaktus, jembel ayam dan lain sebagaianya. Tanaman hias yang ditawarkan bervariasi. Tanaman hias yang diperdagangkan tidak lain untuk menghindari kejenuhan hobiis, dan wisatawan yang datang.

Bagi pengunjung Rawabelong pulang dengan tangan hampa menjadi berat tanpa oleh-oleh bunga atau tanaman hias dari Rawabelong. Memang, kawasan Rawabelong yang menjadi daerah tujuan wisata di Ibu kota tidak menyediakan pemandu khusus atupun atraksi khusus kecuali pengunjung yang datang hanya bisa berjalan-jalan, membeli tanaman hias dan mencicip makan khas Betawi.

Kenangan yang lebih indah seperti, bertanam tanaman hias, memetik dan memotong bunga dan lain sebagainya itu atraksi yang diinginkan. Tapi tak perlu khawatir karena pengunjung bisa mencari sendiri dengan cara beramah tamah ke rumah-rumah yang menjual tanamn hias.

Pengunjung pun bisa memanfaatkan saat itu untuk belajar merawat tanaman, berkebun dan lain sebgainya. Sambil menyaksikan keahlian para pekebun bunga di Rawabelong mendekorasi taman di halaman mereka. Tak heran jika di sepanjang jalur Jalan Sulaiman ini selalu berhias bunga.

Ternyata, Jakarta masih memiliki keunikan ditengah modernisasi sebuah kota Metropolitan. Jadi jika berminat memanjakan mata dan lidah datanglah ke Rawabelong. Karena panasnya cuaca Jakarta dengan aneka warna bunga akan membuat siapa saja tidak akan merasa panas bahkan tidak ingin cepat-cepat pulang. 

Tri Mardi Rasa

No comments: